morowali

sejenak ke Morowali

Yogyakarta

Petualangan di Merapi

Ambon

Bandara Pattimura Ambon.

Toraja Utara

sekilas ke Toraja Utara

Bitung

Mampir ke Bitung

Monday, July 11, 2011

Bulan sya’ban : Bulan yang mulya, penuh berkah dan kebaikan


Bulan sya’ban adalah salah satu bulan yang mulya, penuh berkah dan kebaikan. Ketaatan di dalamnya adalah perdagangan yang menguntungkan dan amal sholeh pada bulan ini adalah jalan meraih kesuksesan untuk menghadapi bulan Ramadhan.

Sebab disana ada keterkaitan yang kuat antara Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Sehingga dikatakan bahwa Rajab adalah bulan menanam benih kebaikan atau amal sholeh, Sya’ban bulan untuk menyirami dan memupuk dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen tanaman yang tumbuh dari benih itu.

Kebiasaan para pendahulu kita, jika tiba bulan sya’ban mereka merayakan dan memulyakannya dengan bearaneka macam ibadah dan amal sholeh, seperti taubat, dzikrullah, ziarah kepada Rasulullah, umrah dan lainnya. Memang seyogyanya beribadah tidak hanya pada bulan tertentu, tapi mereka yang memiliki mata hati dan pengenalan hakikat keberadaan bulan ini lebih mengkhususkan dan menambah porsi dan kualitasnya

Menilik bahwa bulan sya’ban ini penuh rahasia dan nilai historis (sejarah) yang sangat berharga yang tidak dapat dilupakan manusia.
Cukup menunjukkan keagungan bulan ini dimana Rasulullah menisbatkannya kepada diri beliau dengan sabdanya :
“ Sya’ban adalah bulanku “ ( HR. Ad dailami dari Anas bin Malik dan diriwayatkan juga oleh Al Fath bin Abil Fawaris dari Al Hasan Al Bashri dengan status Hadits Mursal )

Dalam riwayat Ad dailami dari As Sayyidah Aisyah, Nabi Muhammad saw bersabda (yang artinya):
“ Sya’ban adalah bulanku dan ramadhan bulan Allah, sya’ban adalah penyuci dan Ramadhan adalah penggugur (dosa) “

Maka dari sinilah kemudian ulama menyebutkan pula bahwa sya’ban adalah bulan sholawat kepada beliau saw. As sayyid Muhammad Alawy al Maliki al Hasani berpendapat bahwa rahasia kenapa Nabi saw menisbatkan sya’ban kepada beliau, karena pada bulan inilah turun ayat sholawat dan salam kepada beliau saw (surat al Ahzaab ayat 56).

Memang demikianlah dikatakan sebagian besar ulama bahwa ayat tersebut diturunkan pada bulan sya’ban, seperti al Imam Ibnu Shoif al Yamani dan al imam Syihabuddin al Qusthullany. Al Imam Ibnu Hajar al ‘Asqolani menyebutkan bahwa ayat tersebut diturunkan pada tahun kedua Hijriyah.

Dan begitu pula bulan ini menjadi begitu mulya karena ternyata dalam beberapa hadits diterangkan bahwa beliau saw memperbanyak puasa sunnah didalamnya. Maka kita sebagai umat beliau seharusnya mengikuti langkah beliau, itulah cerminan mahabbah kita kepada beliau yang akhirnya membuahkan kecintaan Allah swt.

Suatu ketika Nabi ditanya tentang puasa yang paling utama setelah Ramadhan, beliau bersabda:
“ Puasa di bulan sya’ban untuk memulyakan Ramadhan “ (HR. At Tirmidzi)
Bahkan As Sayyidah Aisyah berkata:
“ Aku tidak melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau berpuasa (selain Ramdhan) lebih banyak daripada pada bulan Sya’ban “. (HR. Al Bukhori, Muslim dan Abu Dawud)

Dalam riwayat Al Bukhori yang lain, As Sayyidah Aisyah berkata:
“ Beliau saw berpuasa pada bulan sya’ban seluruhnya “.

Dalam kitabnya Maadza fii sya’ban, as Sayyid Muhammad Alawy al Maliki menyebutkan bahwa beliau saw mengkhususkan sya’ban dengan banyak puasa sunnah di dalamnya adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi dan menyongsong Ramadhan, sebagaimana sholat sunnah rawatib dilakukan untuk mempersiapkan diri memasuki sholat fardhu.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh An Nasai dan ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, usamah bin Zeid RA bertanya kepada Rasulullah SAW kenapa beliau banyak berpuasa di bulan sya’ban daripada bulan lainnya, Rasulullah menjawab:
“ Itu (sya’ban) adalah bulan dimana banyak orang lalai di dalamnya, yakni antara rajab dan ramadhan, bulan ini adalah bulan dimana amal-amal disodorkan kepada Allah Pencipta sekalian alam, maka aku suka agar diangkat amalku dalam keadaan berpuasa “.

Hadits ini pula yang menjadikan bulan sya’ban memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu bulan dimana amal-amal setiap hamba diangkat dan dihadapkan kepada Allah swt.
Dan ternyata penyodoran amal ini tidak hanya pada bulan sya’ban saja. Hanya saja di bulan sya’ban ini dikatakan sebagai penyodoran amal tahunan. Padahal ada pula penyodoran amal mingguan dan harian.

Sebagaimana diriwayatkan oleh al Imam al Bukhori dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda :
“ Saling silih berganti kepada kalian malaikat di waktu malam dan malaikat di waktu siang, dan mereka berkumpul pada sholat subuh dan sholat ashar, kemudian malaikat yang bermalam bersama kalian naik (ke langit), lalu Allah bertanya kepada mereka:”Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hambaku?” (padahal Dia lebih mengetahui), malaikat menjawab:”kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami datang kepada mereka dalam keadaan sholat”.
Ini adalah penyodoran amal harian, setiap waktu subuh dan ashar.

Adapun penyodoran amal dalam sepekan (sejum’at), yaitu setiap hari senin dan kamis, seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah RA, Rasulullah saw bersabda:
“ Amal-amal disodorkan kepada Allah swt setiap hari kamis dan senin “
Dalam riwayat at Tirmidzi yang lain Nabi saw bersabda:
“Amal-amal disodorkan kepada Allah swt setiap hari senin dan kamis, maka aku ingin agar amalku diangkat dalam keadaan berpuasa“.

Untuk menunjukkan kemulyaan bulan ini pula, sya’ban dinamakan syahrul quran (bulan al quran). Memang setiap saat kita sangat dianjurkan membaca al quran, lebih-lebih di waktu yang mulya seperti ramadhan dan sya’ban dan di tempat yang terhormat seperti Makkah al Mukarromah, Raudhoh As Sarifah dan lainnya.

Adalah al Imam ‘Amr bin Qais al Malai jika tiba bulan sya’ban beliau menutup tempat ibadahnya dan menghabiskan waktu disana dengan membaca al quran. Maka dikatakan oleh al Imam as Syeikh Ahmad bin Hijazi bahwa salafussholeh senantiasa menghabiskan waktu pada bulan sya’ban ini dengan membaca al quran, maka ikutilah langkah mereka dan berjalanlah di belakang mereka.

Dinukil dari kitab Maadza fii sya’ban dan Dzikraayat wa munaasabaat, keduanya karya Al Imam al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky Rahimahullah.

dikutup dari : http://madinatulilmi.com/?prm=posting&kat=1&var=detail&id=351

Malam Pertengahan Bulan (nishfu sya’ban)



Sya'ban telah menghampiri kita, bulan dengan segala keistimewaan dan peristiwa mulia di dalamnya. Tak terkecuali dengan terdapatnya satu malam yang mulia dan penuh keberkahan yaitu malam pertengahan bulan (nishfu sya’ban). Pada malam ini Allah SWT menampakkan dan mencurahkan rahmat dan ampunan kepada hambaNya. Barangsiapa berdo’a maka do’anya diijabah, barangsiapa meminta agar dihilangkan kesusahannya maka akan dipenuhi permintaan itu dan pada malam ini pula Allah mencatat rizqi-rizqi serta amal-amal hamba.

Malam Nishfu Sya'ban adalah malam yang mempunyai banyak fadhilah atau keutamaan. Dalam kitab Zubdah Al-Wa`izhin terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abi Nashr bin Said, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tatkala datang malam ketiga belas bulan Sya`ban, pernah datang kepadaku Malaikat Jibril seraya berkata, `Wahai Muhammad, bangunlah engkau, karena sesungguhnya telah datang waktu bertahajjud, supaya engkau dapat memohon kepada Allah atas keselamatan umatmu" Maka Nabi pun melakukan itu.

Lalu datang pula Malaikat Jibril ketika fajar subuh bersinar, seraya berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah Ta'ala telah memberikan kepadamu sepertiga dari umatmu". (yakni agar beliau dapat memberikan syafaat kepada mereka)
Maka menangislah Nabi SAW sambil mengatakan, "Wahai Jibril, beritakanlah kepadaku tentang umatku yang dua pertiga lagi."
Jibril menjawab, "Aku tidak tahu."

Lalu datang lagi Jibril pada malam yang kedua (yaitu malam yang keempat belas Sya`ban) seraya berkata, "Wahai Muhammad, bangunlah engkau dan bertahajjudlah."
Maka Nabi SAW pun melakukan itu.

Lalu datang lagi Malaikat Jibril pada waktu fajar, seraya berkata, "'Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah memberikan kepadamu akan dua pertiga umatmu."
Maka Nabi pun menangis seraya berkata, "Wahai Jibril, beritakanlah kepadaku tentang sisa umatku yang lainnya."

Jibril menyahut, "Aku tidak tahu."
Kemudian datang lagi Jibril pada malam Bara'ah (malam kelepasan, pembebasan dari belenggu kesulitan, yaitu malam kelima belas Sya'ban), seraya berkata, "Kabar gembira untukmu, wahai Muhammad. Sesungguhnya Allah telah memberikan untukmu seluruh umatmu yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu."

Malam Nishfu Sya`ban adalah malam kelepasan. Pada malam itu umat Nabi Muhammad SAW sangat patut bersyukur dengan melakukan berbagai ibadah yang diridhai. Terdapat banyak keterangan mengenai keutamaan malam Nishfu Sya`ban dan fadhilah menghidupkannya.
Telah diriwayatkan dalam beberapa hadits tentang kemuliaan malam ini, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Ath Thabaraniy dan Ibnu Hibban dari sahabat Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

“Allah SWT memandang kepada seluruh makhlukNya pada malam nishfu sya’ban dan memberikan ampunan kepada seluruh makhlukNya kecuali orang yang musyrik dan musyaahin”

Musyaahin adalah orang yang menyalakan api permusuhan dan merusak antara dua orang yang saling kasih.
Juga diriwayatkan oleh Al Imam Al Baihaqiy dari As Sayyidah ‘Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):
“Telah datang Jibril kepadaku seraya berkata: malam ini adalah nishfu sya’ban dan pada malam ini Allah SWT membebaskan dari neraka manusia sebanyak bulu kambing bani kalb, pada malam ini Allah tidak melihat dengan pandangan rahmat kepada musyrik, musyaahin, pemutus silaturrahim, orang yang durhaka kepada orang tuanya dan peminum khamr”.
Dalam redaksi yang lain Al Imam Al Baihaqiy meriwayatkan hadits dari Utsman bin Abil ‘Ash, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

“Jika tiba malam nishfu sya’ban terdengar seruan yang berkata: siapakah yang hendak meminta ampun (pada malam ini) maka Aku akan ampuni, siapakah yang meminta sesuatu maka Aku akan berikan, tidak seorangpun yang memohon kepadaKu kecuali pasti Aku kabulkan hajatnya kecuali pezina dan musyrik”.

Pada bagian lain Al Imam Al Baihaqiy juga meriwayatkan dari Al ‘Alaa’ bin Harits, bahwasannnya As Sayyidah ‘Aisyah berkata:
“suatu malam Rasulullah sholat lalu beliau memanjangkan sujudnya sehingga aku menyangka bahwa beliau telah meninggal, manakala aku menyaksikan itu aku bangkit lalu aku gerakkan ibu jari beliau, dan jari-jari beliau bergerak. Maka aku kembali ke tempatku.

Setelah beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan menyelesaikan sholatnya beliau bersabda: “Wahai ‘Aisyah tahukah kamu malam apakah ini?”, aku berkata: Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Beliau SAW melanjutkan: “Malam ini adalah malam nishfu sya’ban, sesungguhnya Allah SWT pada malam nishfu sya’ban melihat dengan pandangan rahmat kepada hambaNya, maka Dia memberikan ampunan kepada yang meminta ampunan dan merahmati kepada yang memminta rahmat dan Dia membiarkan orang yang iri dengki (tidak mendapat bagian dari rahmat itu)”.


Nama-nama malam nishfu sya’ban

Sebagian ulama menyebutkan bahwa malam nishfu sya’ban memiliki banyak nama, dan sudah menjadi maklum bahwa banyaknya nama menunjukkan kemulyaan yang mempunyai nama itu. Bahkan al Imam Abul Khoir Ath Thaliqani menyebutkan tidak kurang 22 nama nishfu sya’ban, diantaranya :

Lailatul Mubaarokah (Malam keberkahan)

Artinya malam itu sendiri memiliki keberkahan, atau karena makna dan rahasia yang terdapat didalamnya atau karena dekatnya malaikat kepada manusia pada malam itu.

Lailatul qismah (Malam pembagian)

Yaitu pembagian rizqi dan penentuan takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT, sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Atho’ bin Yasar, beliau berkata:
“Jika tiba malam nishfu sya’ban malaikat maut menghapus setiap nama orang yang ditakdir akan mati pada sya’ban itu sampai sya’ban yang akan datang, dan sesungguhnya seseorang berbuat kedholiman dan kekejian atau menikahi wanita atau menanam pepohonan padahal namanya telah dipindah dari (catatan) golongan orang-orang yang hidup ke dalam (catatan) golongan orang-orang mati dan tidak ada malam yang lebih mulia setelah malam Lailatul Qadr daripada malam nishfu sya’ban”

Lailatut Takfiir (Malam pengguguran dosa)

Al Imam Taqiyuddin As Subki RA menyebutkan dalam tafsirnya bahwasanya malam nishfu sya’ban menggugurkan dosa selama setahun dan malam jum’at menggugurkan dosa sepekan dan malam lailatul qadr menggugurkan dosa seumur hidup.

Lailatul Ijaabah (Malam pengabulan doa)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, beliau berkata :
“Terdapat lima malam yang tidak akan tertolak doa ( si hamba ), yaitu malam jum’at, awal malam bulan rajab, malam nishfu sya’ban, malam lailatul qadr dan dua malam hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha).

Lailatu ‘iidil malaaikah (malam hari raya malaikat)

Al Imam Abu Abdillah Thohir bin Kuhammad bin Ahmad al Haddadi ra menyebutkan dalam kitabnya ‘Uyuunul Majaalis :
“ Sesungguhnya para malaikat di langit mempunyai dua hari raya sebagaimana kaum muslimin, adapun hari raya malaikat adalah malam nishfu sya’ban dan malam lailatul qadr sedangkan hari raya muslimin adalah idul fitri dan idul adha. Hari raya malaikat malam hari karena mereka tidak tidur, jadi siang dan malam sama di hadapan mereka, sedang hari raya muslimin pada siang hari karena malam adalah waktu mereka tidur dan beristirahat “.

Lailatusy Syafa’ah (Malam pemberian syafa’at)

Nama ini diberikan oleh al Imam Abu Manshur Muhammad bin Abdillah al Hakim an Naisaaburi dan ulama lainnya.

Lailatul Baraa ah (malam pembebasan)

Yang dimaksud adalah dibebaskan dari neraka Allah, yang demikian ini diberikan kepada mereka yang melaksanakan hak-hak Allah dan melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Lailatut Ta’dziim (malam kemulian)

Nama ini diberikan oleh Taqiyuddin as Subki ra dalam tafsirnya.
Lailatul ghufraan wal ‘itq minan niiraan (malam pengampunan dan pembebasan dari neraka)
Keterangan ini disebutkan dalam kitab Tuhfatul Ikhwan yang ditulis oleh as Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Hijazi Rahimahullah.

Dengan keterangan diatas kita dapat mengetahui betapa agung malam nishfu sya’ban itu. Sehingga ketika kita sudah mengetahui kemuliaannya maka hendaknya kita mempergunakan kesempatan umur dengan banyak beribadah pada malam ini, entah dengan sholat, dzikir, sholawat atau doa-doa yang biasa dibaca oleh kaum muslimin. Doa-doa itu ditulis oleh ulama pendahulu kita agar dibaca guna memulyakan dan menyemarakkan malam nishfu sya’ban sehingga umur dan waktu kita tidak berlalu begitu saja. Dan di dalam semua itu terdapat fadhilah dan pahala yang besar. Wallahu A’lam.

dikutif dari : http://madinatulilmi.com/?prm=posting&kat=1&var=detail&id=352